kala itu malam sudah diperjalanan, tulisku kepada angin mungkin salah alamat,
aku melihat bingkai kata tak bersuara berlari dari pintu bibirmu,
tak tau kemana mesti ku pertanyakan apakah kepada batu atau kepada butiran air mata bintang laut.
dari warna wajahmu, sepertinya kau menyesal pernah mengajak mimpiku menari di atas langit
hem
siapa yang tahu kalau kau salah paham ?
karena sesungguhnya mimpi masalalu itu hanya bunga tidurku, karena aku bahkan sudah terbangun dan berdiri tegar melawan abrasi
tak terasa bola bola pasir menyelinap ke sela sela jari kaki, aku ingin terus berjalan, aku harus, tapi terlintas hasrat untuk menjatuhkan raga dan membiarkan pipi juga merasakan asinnya, aku hanya butuh merebah menunggu jawaban
apa yang sesungguhnya ingin kau katakan ?