sebuah bintang merenung terseret masa lalu
lalu menoleh ke bawah dan berusaha menjerat memoriku
aku tenggelamkan diri dalam ego seluas sepertiga bumi
dan mengelak
dulu memang aku mengakui bintang itu
karena sinarnya menghangatkanku
dulu memang aku menyimpan bintang itu
karena mengira sinarnya abadi untukku
tapi itu masa lalu....
tapi kini aku mengikuti matahari
yang sinarnya konstan menembus hatiku
yang sinarnya terang memperjelas jalanku
...
dan kini aku beralih mengikuti matahari
dan kau sepertinya sudah tak berarti lagi
pergilah,
dan jangan kembali . . . . . .