7 Nov 2011

dan bermekaranlah

mengapa perpisahan menyisakan tangis ?
mengapa kita baru merasakan indahnya memiliki setelah kita kehilangan ?
(langit mendung)
...

satu siang sebelum esoknya hari raya Idul Adha, aku duduk di kursi penumpang di sebuah motor yang berjalan menuju sebuah kios bunga. entah dimana. sepanjang perjalanan itu kepalaku kosong. entah tertinggal di hadapan bapak petugas kebersihan kampus yang cacat tangannya yang aku kagumi, atau mungkin tertinggal di jalan kecil menuju mesin ATM gedung sekretariat kampus. entahlah. aku hanya menatap jalanan dan sesekali berkedip.

kendaraan kami berjalan tidak melalui jalur biasanya, karena tujuan kami juga tidak seperti biasanya. aku menebak nebak dimana kedua roda ini akan berhenti, apakah disini atau disana. namun belum juga terjawab. kekasihku membelokkan stir ke kiri, kami berjalan meniti pasar depok, lalu berhenti dengan mantap didepan kios bunga. ada banyak taburan bunga di meja, beberapa kantung plastik, dan beberapa botol air mawar. bukan, memang bukan seperti kios bunga yang kau bayangkan..

kekasihku membeli bunga seharga tujuh ribu rupiah. nominal yang sangat nanggung, menurutku. ia memberikan sepuluh ribu dan menanti tiga ribu. nenek penjual bunga kebingungan mencari recehan di dompetnya, begitu pula denganku. dan kami samasama tidak menemukan jumlah yang pas. kekasihku bilang ia hanya punya enam ribu, dan si nenek menerima dengan senyuman tulus. hatiku speechless.

sepanjang jalan pulang dengan nada bicara riang kekasihku berkata, besok saat Iedul Adha ia, ibunda, dan adiknya akan silaturahim ke makam bapak. mereka akan berlebaran bersama disana. ditaburi bunga bunga yang semerbaknya menidurkan segala niat buruk. kira kira aku bisa bicara apa ? tentu saja aku speechless.
...

saat Idul Adha kemarin, jika bapak bisa melihat, mungkin ia akan sangat senang. sekarang tanahnya berbunga bunga. hijau merah kuning dan putih. tubuhnya pasti hangat karena didoakan oleh istrinya yang penuh cinta, putranya yang shalih dan kekasihku yang shalihah.

kekasihku, kak sekar
tanah mungkin gelap dan sepi, tapi semoga Allah menerangi bapak dengan doa-doa ikhlasmu
maka lenturkanlah hatimu agar Allah melihat ketulusanmu
dan semarkanlah doamu sebanyak serat serat bunga itu