29 Des 2011

aku adalah segenggam rumput yang tertidur

berbaring. tertiup angin. bergerak dari tanah ke tanah, dari masa ke masa.
perjalanan panjang ini ternyata tidak mudah. beberapa helaiku terluka, bahkan terlepas dan menghilang. menatap beberapa helaian bertiup angin ke arah berlawanan ternyata tidak mudah. rasanya seperti tersakiti dan kehilangan. tapi toh siklus tanah tetap bergulir. subur dan mengering. tumbuh dan berlinang, bergantian. dan aku masih dihempas angin angin yang bermain. berbauran dengan rerumputan lain. bertabrakan dengan batu. terbanjiri oleh genangan. dan sesekali berpapasan dengan bunga.

kau tahu ? setiap aku melihat kelopak berwarna aku berusaha melawan angin. tak ingin rasanya mendekat, bahkan bersinggungan. bukan, bukan karena aku benci. toh aku sama sekali tak kerugian. aku hanya malu. seisi dunia tahu aku hanya sejumput rerumputan yang bahkan sempat kehilangan banyak hal di perjalanan, aku tidak utuh. oh, atau aku belum utuh. sedang bunga itu ? ah jangan tanya. warnanya yang begitu memesona, belum lagi harum dan indahnya. aku menghindari untuk mengagumi. berguling, dan berharap tertiup angin menuju pantai. dalam benakku, segenggam rumput terlampau menyedihkan untuk menyandang predikat sakit hati.

aku adalah segenggam rumput yang tertidur,
bukan karena aku lemah
hanya sedang menunggu waktu yang tepat dan mencari tanah yang tepat untuk tertanam, kemudian tertatih berdiri, dan melihat dunia dari ketinggian yang lebih dari sebelumnya. berlari dan berani berdiri disisi bunga.


antara cinta dan keinginan untuk mencintai itu berbeda
aku selalu ingin mencintai bunga, tapi aku lebih senang mencintai rumput yang terluka. menemaninya mengikat sisa sisa helai dengan harapan. disanalah aku belajar apa itu cinta


aku mungkin memang tak kan pernah berkelopak
tapi aku bisa membantumu subur, dan membuatmu tampak lebih indah,
suatu saat