20 Nov 2014

jalan pulang

berdasarkan karakter, aku memang separuh melankolis. aku mudah tersentuh dan tergenang bersama perasaan yang terkadang aku buat-buat sendiri. ini paling sering terjadi saat aku melihat banyak orang yg tampak tidak lebih beruntung dariku. tidak tega rasanya.. jika bisa ingin rasanya membantu semuuua orang yg membutuhkan.

beberapa kali aku berpikir. mm mungkin terlalu klasik jika kita selalu harus membandingkan diri kita dg orang lain yg keadaannya dibawah kita untuk mempermudah bersyukur. sesekali aku berpikir bisakah kita habiskan waktu untuk melihat ke atas, kepada orang lain yg berdasarkan kapasitas ekonominya lebih banyak daripada kita untuk bersyukur?

dan kemudian pikiran itu membawaku pada suatu hari dimana pikiranku terpusat pada pengendara mobil mercy yang terus menerus membunyikan klakson utk menyingkirkan bemo didepannya, yang sedang menepi menunggu satu lagi rezekinya yang akan naik, yang mungkin membawa sekedar uang dua ribuan. kesal. aku coba untuk memperbesar mataku utk memastikan mengapa pengendara mobil semewah itu begitu sangat terganggu dg berhentinya sebuah bemo di tepi jalan yg sesungguhnya jalanan itu masih sangat lebar untuk dia jajah dengan sombongnya. adakah sesungguhnya ia tidak damai dalam keadaannya yang sesungguhnya lebih berlimpahan, dibanding pengendara bemo tua yang tak pernah alfa mengucapkan terima kasih kepada penumpang yg memberinya uang-uang keci?

tanpa dikehendaki aku membandingkan keadaanku dengannya. perasaan sejuk atas rasa syukur tiba-tiba mengalir dari kepala hingga ke dalam dada. ya Allah berapa banyak syukur yg harus lagi dan lagi aku hembuskan atas sedemikian damainya aku dalam apapun keadaan dan keterbatasan hidupku saat ini. rasa syukur atas karunia Allah bahwa aku setidaknya tidak merasa berada pada situasi kekurangan, namun juga tidak merasa sedemikian tidak damainya. ini hidupku, berjalan dalam naungan karunia dan barakah Allah secukupnya, dan aku merasa cukup. alhamdulillaah

mari, kita cari jalan untuk kembali ke sana. menuju detik-detik dimana kita bisa jujur pada Allah, bahwa kita memang tidak ada apa-apanya tanpa karunia dan bantuanNya.

terakhir, live your life to the fullest.
jangan sekalipun merasa kurang barakah. keep all those optimist words fill your head, till it comes out over your smile :)