2 Mei 2015

Jangan Jatuh

Jangan jatuh cinta pada tulisanku. meski kau pandai berenang, aku tak mau kau sampai terhanyut. Setiap orang bisa menulis yang hebat. Siapa saja bisa menjadi seorang—wordsmith kan?

Aku pernah jatuh cinta pada tulisan seseorang. Belakangan aku menyesal. Aku selalu ingin dicintai dengan utuh, tapi aku sendiri sulit untuk mencintai dengan utuh pula. Bagaimana bisa kau bilang cinta saat tak mampu berlaku adil pada perasaanmu sendiri? Cobalah. Coba ingat apa yang membuatmu jatuh cinta sekarang.

Jangan jatuh cinta pada tulisanku. Terlalu banyak yang tidak kau tahu.
Begitulah. Aku pun sedang belajar untuk mencintaimu—seutuhnya.

Mencintai masa lalumu. Masa kinimu. Masa depanmu. 
Mencintai yang kau miliki dan yang tidak kau miliki. 
Mencintai yang kau bisa dan yang tidak kau bisa. 
Mencintai pekerjaanmu. Mencintai keluargamu. Mencintai teman-temanmu. 
Mencintai mimpi-mimpimu. Mencintai tempat tinggalmu. 
Mencintaimu saat kau dekat dan saat kau jauh. 
Mencintaimu saat kau bicara dan saat kau diam. 
Lalu menghargai, menghargai setiap potong perbedaan yang kita punya. 
Menghargai keputusan-keputusan yang kau pilih. 
Menghargaimu tidak hanya sebagai pemimpinku, tetapi juga sebagai temanku.

Jangan jatuh cinta pada tulisanku. 
Kau tak tahu betapa bahayanya itu.

Hujan itu bagus kalau jatuh.
Kayak bintang kalau jatuh.
Kayak daun kalau jatuh.
Kenapa kita harus takut jatuh?
Semua pasti pernah jatuh.
(Teman Imaji, 2014)
Jatuhlah!