29 Nov 2012

ikhlas ikhtiar ihsan

here i go again
sampai ke garis ini
aku terhenti. mungkin lebih tepatnya menghentikan diri. menatap tajamnya sorot merah lampu jalanan yang mampu menghentikan langkahku. sebenarnya aku bisa saja memaksakan apapun kehendakku, baik itu untuk terus berjalan atau mungkin menaiki kendaraan yang berlari meninggalkanku seperti tak punya perasaan - menuju garis garis lain yang sama.

sampai ke garis ini
aku memejamkan mataku berkali kali. berharap usaha berulang itu akan menggugah hati si lampu merah untuk berhenti melarangku berhenti. tapi sesungguhnya ia tak pernah memaksaku untuk mengikutinya. ia hanya bekerja sesuai apa yang seharusnya, sesuai seperti tujuan mengapa ia ada - meski keberadaannya memengaruhi pilihanku untuk berhenti ataupun tidak.

sampai ke garis ini
aku menjadi milik seorang ayah yang sedang menghitung rupiah lusuhnya - sembunyi sembunyi. ia setia menghitungnya, lembar demi lembar, merapalkan dan merapikan setiap kerutan uang kertasnya - dan aku terpusat kepadanya. kerutan di punggung tangannya berdebar debar menantikan saat mengulurkan segenggam kebahagiaan itu sesampainya di rumah nanti. gemetar bibirnya tak kuasa menahan bayangan senyum keluarganya saat ditanya 'mau bapak belikan apa esok hari?'. lututku meleleh dalam penantian

sampai ke garis ini
aku masih terus bertanya. mengapa aku berhenti, dan setia menunggu kesempatan yang waktunya tak pasti. aku masih terus mencari kemungkinan apakah ini memang sudah sebagaimana seharusnya, sesuai tujuan mengapa aku ada - untuk berjalan dan berhenti bergantian, atau ini memang hanya tentang pilihan antara terus berjalan dengan kemungkinan tersakiti lebih besar atau menahan diri sejenak untuk bernafas - dan melihat sekeliling. aku mulai sedikit beranalogi bahwa sesungguhnya perhentian ini sedang mengais ngais kakiku untuk tetap ikhlas berhenti, tanpa melupakan bahwa beberapa saat lagi aku pasti akan memiliki kesempatan untuk melangkah lagi, selama aku saat ini tetap berhenti dan meyakini aku sedang melalukan sesuatu yang memang sudah seharusnya begitu: kebaikan.
dan jika aku kehilangan hijau kali ini - dan orang lain yang mendapatkannya, ya sudah. nanti akan datang lagi. nanti akan hijau lagi. pasti. karena Allah Maha Kuasa.


insya Allah, ada jalan :_)