2 Agu 2011

penantian

demi matahari dan cahayanya di pagi hari

pada awal september pada pertengahan dari perjalanan panjang
aku nyanyikan sebuah mimpi
bagi ratusan beban yang bersandar di sebuah bahu
menyampaikan berita untuk mereka bahwa akan datang
suatu masa dimana mereka harus berlarian
bergilir, mencari bahu baru


demi bulan apabila mengiringinya


pada pertanyaan dalam setiap sendisendi tulang kaki
aku senandungkan sebuah jawaban
tentang sebuah keyakinan tak terbantahkan
bagi setiap ketakutan akan masa depan
bagi setiap keletihan akan jerat hidup


demi jiwa dan Yang Menjadikannya Sempurna


aku memulai percakapan dengan diri sendiri
sambil sesekali menghembuskan beberapa beban
yang membelenggu paruparu dan yang menjalar mengakar
aku mengizinkan mereka mengalir bersama peluh
atau terbang bersama lenguh


karena sudah saatnya aku menunggu saat
dimana Yang Maha Sempurna mengindahkan jalanjalanku
dan menunjukkan padaku jalanjalanNya


aku, sebuah seruling bambu dari desa
yang tidak tahu apaapa