terkadang, aku harus mengakui bahwa ada hal-hal yang tidak bisa aku selesaikan, yang mungkin terlalu sulit untuk aku terima, dan terlalu menyakitkan untuk terus aku jalani.
terkadang, aku harus mengakui bahwa aku pernah bertanya pada hatiku sendiri mengapa aku mengalami hal ini, mengapa harus aku yang kembali menahan setengah napas seperti saat ini untuk sekian lama, mengapa semua ke-tidak-asik-an ini terjadi di hari-haruku, bukan dia, atau dia.
terkadang aku harus mengakui bahwa aku meragukan apa yang akan terjadi pada hari hari di kemudian hari, yang mungkin akan menyajikan kegelapan yang (mungkin) sebenarnya adalah jalan terbaik untukku dariNya, atau mungkin juga jalan yang bercahaya yang akan mengajak anak kecil yang murung di dalam hatiku keluar dan menyanyi gembira meninggalkan kesendiriannya yang murung (sebagai wujud janjiNya yang berkata: fainna ma'al usri, yusraa..)
***
terkadang, mungkin aku harus (mencoba) mengakui bahwa aku takut...
ketika aku harus bergerak untuk berhenti
perlahan lahan